Saturday, December 20, 2014

ARTI NOL BUKAN KOSONG

oleh: Muhammad Plato

Dunia material kadang-kadang menipu kita. Itulah mengapa Tuhan menurunkan wahyu kepada manusia agar manusia berpikir dan tidak tertipu dengan kenyataan material.

Keterbatasan manusia dalam berpikir adalah penyebab gagalnya manusia dalam memahami sebuah fenomena. Selain itu, kegagalan kita dalam memahami sebuah fenomena adalah AKIBAT ketidaktahuan bahwa berpikir adalah perintah Tuhan yang secara berkesinambungan harus terus dilakukan.

Wujud dari keberlangsungan berpikir manusia adalah dengan terus bertanya tentang segala hal yang nyata maupun gaib. Hal-hal yang gaib biasanya selalu mendorong kita untuk bertanya. Untuk itulah Murtdaha Muthahari memberi kesimpulan, tujuan Tuhan menciptakan alam gaib agar manusia tidak berhenti berpikir.


Bisa ditarik kesimpulan terbalik pula, penyebab stagnasi berpikir ADALAH AKIBAT MANUSIA MERASA telah menemukan kenyataan dan dianggap kebenaran akhir. Kebenaran itu dianggap sebagai kenyataan yang tidak perlu lagi diperdebatkan. Itulah dunia material selalu menipu daya manusia.

Sebagai contoh, banyak orang beranggapan bahwa rumus 1-1=0 adalah kebenaraan dan kenyataan akhir, yang tidak perlu lagi mengundang pertanyaan. Namun jika kita bertanya apakah arti dari lambang nol (0), bagaimana asal mula ditemukannya nol, mengapa lambang nol berbentuk 0? Informasi yang kita dapatkan pun tidak memuaskan.  Sedikit sekali referensi yang menjelaskan asal usul ditemukannya angka nol.

Rumus 1-1=0 adalah abstraksi dari sebuah kenyataan. Dalam dunia nyata 1-1=0, adalah satu apel dikurangi satu apel sama dengan kosong. Kosong dilambangkan dengan nol. Jika lambang angka satu bermakna sebuah benda maka hasil pengurangan dari sebuah benda adalah benda. Jika nol bukan benda maka akan terjadi kerancuan berpikir dimana benda dikurangi benda sama dengan gaib. Itu adalah kritikan terhadap orang-orang materialis. Saya bukan tipe materialis. Jadi benda apakah nol? Bagi saya Nol adalah lambang kenyataan dari adanya ketiadaan (kegaiban).

Jika demikian nol bukan kekosongan karena nol adalah lambang kegaiban. Nol adalah lambang misteri yang harus mendapat penjelasan dari berbagai sumber pengetahuan. Wahyu adalah kumpulan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan, yang bertugas membantu manusia menjelaskan hal-hal yang gaib menjadi sebuah kenyataan.

Untuk itu saya menganjurkan kepada semua disiplin ilmu, matematika, fisika, kimia, ekonomi, sosiologi, sejarah, untuk menghilangkan rasa kepenasaran semua orang, agar menjelaskan berdasarkan sudut pandang ilmunya masing-masing, apakah arti nol sesungguhnya. Demikian juga filsafat dan agama bisa ikut memberi warna apa sesungguhnya arti nol itu?

Setelah saya baca beberapa sumber di internet dan ensiklopedi, tidak ada rasa puas atas informasi yang saya dapatkan tentang angka nol. Pemahaman tentang arti angka nol, sedikit terpuaskan setelah membaca buku Prof. Fahmi Basya tentang Bumi ini Al-Qur’an. Menurut Prof. Fahmi Basya, angka nol adalah basamalah. Mengapa demikian? Karena dalam susunan mushaf Al-qur’an (Usmani), basamalah tidak diberi nomor. Jika demikian basamalah nomor ke berapa? Lalu Prof. Fahmi Basya menyimpulkan bahwa basamalah adalah ayat ke nol.

Jadi sebagaimana basamalah, angka nol memiliki unsur kegaiban. Angka nol penuh dengan misteri demikian juga dengan basamalah. Di dalam basamalah (bismillahirrohanirrohim), Prof. Fahmi Basya menemukan rumus transpormasi 19. Dari rumus transpormasi 19,  Prof. Fahmi Basya bisa menjelaskan berbagai fenomena gaib, seperti sejarah peradaban Atlantis, desain Candi Borobudur, dan kontruksi pesawat luar angkasa.

Penulis berkesimpulan, angka nol bukan bermakna kosong. Angka nol memiliki banyak arti yang ujung-ujungnya bermuara kepada Tuhan. Angka nol adalah sumber kelimpahan dan kekuatan dari Tuhan.

Untuk menjawab kepenasaran pembaca, saya coba jelaskan sedikit tentang arti angka nol. Angka nol adalah lambang kesejahteraan. Rumus 1-1=0 memiliki kesamaan dengan 1-1=700. Untuk melihat arti angka nol, bisa anda lihat tafsir basamalah.

Basamalah adalah pembuka PUJI, CINTA, BALASAN, DAN PERTOLONGAN TUHAN, KETEGUHAN IMAN, DAN JALAN YANG LURUS. Artinya, angka nol adalah lambang pintu masuknya sifat-sifat terpuji, cinta, kasih sayang, balasan, dan pertolongan Tuhan, serta wujud keteguhan iman seseorang untuk terus berjalan dalam kebenaran.

Sifat terpuji, cinta, kasih sayang, balasan, dan pertolongan Tuhan, serta komitmen untuk hidup dijalan yang benar, jika dimiliki oleh seseorang maka akan mendatangkan keuntungan berlipat ganda bagi kehidupan dunia dan akhirat. Keuntungan itu akan berlipat ganda sampai tujuh ratus kali lipat sebagai mana dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 261. Jadi setiap ruang kosong akan dimasuki Tuhan.

Praktek untuk membuka pintu pujian, cinta, kasih, balasan, dan pertolongan Tuhan, serta melatih diri berkomitmen hidup dijalan yang benar adalah dengan hidup bermanfaat bagi orang banyak, dengan cara mengsongkan diri. Prakteknya mengeluarkan barang yang kita miliki untuk kepentingan orang banyak atau dalam konsep sederhana yaitu SEDEKAH. Konsep lain proses mengosongkan diri tersebut adalah PUASA.

Rumusnya adalah 1-1=0 dalam arti nol sebagai pembuka pujian, cinta, kasih, balasan dan pertolongan Tuhan. Sama dengan rumus 1-1=700.  Arti 700 adalah wujud pujian, cinta, kasih, balasan, pertolongan Tuhan yang tidak terbatas. Jadi arti 0 bukan kosong tapi 700. Jadi 0 dan 700, dua-duanya sama-sama menjelaskan kepastian kelimpahan rezeki yang akan diberikan Tuhan, kepada orang-orang yang berkomitmen hidup lurus di jalan kebenaran.

Apakah jalan kebenaran itu? Berkomitmen untuk tetap hidup bermanfaat bagi orang banyak, dengan harapan mendapat pujian, cinta, kasih, balasan, dan pertolongan dari Tuhan. 

Demikian penjelasan saya, semoga menambah ilmu dan keimanan kepada kita semua. Semua kesalahan dari saya, dan kebenaran dari Tuhan. Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.

Sunday, October 26, 2014

TIDAK ADA LOGIKA OTAK KANAN



Menurut Fahmi Basya dalam bukunya Bumi ini Al-Qur’an, yang pertama kali diciptakan Tuhan adalah logika. Semua manusia yang diciptakan Tuhan, dalam hidupnya berlogika. Jika ada orang menghalang-halangi orang lain berlogika, maka dia telah melarang hak paling dasar dari manusia. Perbuatan melarang orang lain berlogika, sama dengan pelanggaran HAM dan pelanggaran terhadap kehendak Tuhan.   

Dasar berlogika adalah berpikir mencari  awal dan mencari akhir. Kemudian dikenal mencari sebab atau akibat. Sebagaimana sudah saya jelaskan fungsi berlogika, saya setuju dengan para ahli, ada di otak sebelah kiri. Otak kanan berfungsi mencari alternatif pengetahuan yang disimpan di otak.

Otak kanan tidak berlogika. Jika ada orang mengatakan berpikir dengan logika kanan, menurut saya tidak tepat. Sebab fungsi berlogika tetap ada di otak kiri, dan menurut saya segala informasi  tersimpan di otak kanan.

Di otak kanan tersimpan pengetahuan purba, yang sudah ada sejak manusia sebelum lahir ke dunia. Tepatnya pengetahuan purba ini tersimpan dalam otak reptil atau menurut Haruyama disebut sebagai otak nenek moyang. Kemudian ada juga bagian otak spiritual tempat tersimpannya pengetahuan purba dari Tuhan.  Berdasarkan pengetahuan purba yang ada di otak spiritual, sangat tidak mungkin manusia tidak mengenal Tuhan, sekalipun dia mengaku Atehis.

Pengetahuan purba yang ada dalam otak kanan, sering muncul tiba-tiba yang kita sebut intuisi. Itulah sebabnya orang-orang yang tidak mendapat wahyu dari Tuhan, ada kalanya tampil sebagai orang bijaksana, karena pada dasarnya setiap orang memiliki pengetahuan purba yang ada dalam otak kanannya. Kelebihan orang-orang bijaksana, sekalipun tanpa wahyu, dia pandai menggali dan menggunakan pengetahuan purba dalam menjalankan roda hidupnya.

Masalahnya, sedikit orang yang bisa mengenali pengetahuan-pengetahuan purba yang ada di otak kanannya. Bertapa, semedi, berkhalwat adalah cara-cara orang agar bisa mengenali pengetahuan-pengetahuan purba yang ada di otak kanannya. Dengan cara demikian pun tidak semua orang bisa tampil menjadi manusia bijaksana, sering tersesat karena bisikan-bisikan pengetahuan dari setan.

Untuk itulah, Tuhan menurunkan wahyu kepada manusia melalui utusan-utusannya yang terpercaya. Salah satunya utusan yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw. Tanpa wahyu, sekalipun manusia mampu mengenali pengetahuan-pengetahuan purba dalam otak kanannya, kondisinya sangat riskan karena potensi  tersesat sangat tinggi akibat adanya bisikan-bisikan setan.

Selain pengetahuan purba, di dalam otak kanan tersimpan pula pengetahuan-pengetahuan dari hasil penginderaan panca indera. Pengetahuan dari hasil penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa semua disimpan dalam otak kanan.

Faktanya, pengetahuan yang banyak digunakan untuk mengambil keputusan adalah pengetahuan hasil panca indera yang bersumber dari alam (empiris). Kecenderungan pada pengetahuan alam, melahirkan kondisi-kondisi yang memprihatikan sekarang, seperti krisis moral. Kebanyakan orang, berpikir untuk hidup sejahtera tanpa memikirkan kesejahteraan orang lain.

Wahyu adalah kumpulan pengetahuan dari Tuhan. Wahyu sebenarnya tersimpan dalam otak kanan yang  disebut pengetahuan purba. Untuk memudahkan manusia mengetahuinya, maka dengan kasih sayangnya, Tuhan menjelaskan pengetahuan purba yang ada dalam otak kanan melalui wahyu, yang diturunkan kepada utusan-Nya. Utusan-Nya yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw.

Melalui wahyu (Al-Qur’an), manusia bisa menggunakan panca inderanya untuk mengetahui pengetahuan yang ada di dalamnya, kemudian memprosesnya (memahami) dengan logika yang dimilikinya dan membuktikannya di alam (empiris). Melalui pengetahuan-pengetahuan yang ada dalam wahyu, manusia dituntut berpikir logis dan empiris, serta tetap mengakui ada hal-hal ghaib yang selalu terus mendorong untuk diketahuinya.

Dengan tetap yakin kepada hal-hal ghaib (belum diketahui), manusia tidak akan pernah lupa pada Tuhan yang menciptakannya. Pada akhirnya, manusia akan terus berharap suatu saat akan berjumpa dengan penciptanya. Mereka berharap terus berjumpa sampai pada waktu yang dijanjikan yaitu kehidupan akhirat yang masih ghaib.

Perbedaan sikap manusia bukan pada keberfungsian otak kiri atau otak kanannya, melainkan sumber pengetahuan yang diolahnya. Jika yang diolahnya cenderung pada sumber-sumber empiris maka kemungkinan akan terjadi penyimpangan. Demikian sebaliknya, jika yang diolahnya cenderung pada sumber-sumber purba, wahyu, tanpa pembuktian empiris kemungkinan terjadi penyimpangan pula.

Yang diajarkan Tuhan melalui wahyu-Nya, kita harus memanfaatkan pengetahuan purba atau pengetahuan wahyu dari Tuhan, dan pengetahuan empiris, secara seimbang. Nabi Muhammad saw adalah contoh teladan yang telah mempraktekkannya.

Dalam hidupnya, Nabi Muhammad saw menggunakan pengetahuan dari Tuhan melalui wahyu, dan membuktikan kebenarannya di tataran empiris dengan membuktikannya sendiri. Beliau adalah ahli logika, ahli perang, pemimpin jujur dan sangat berpengaruh.  Untuk itulah menurut Michael H. Hart, Muhammad saw, pantas menjadi pemimpin nomor satu paling berpengaruh di dunia. Sekian dulu penjelasan dari saya. Semoga memberi pencerahan. 


Salam sukses dengan logika Tuhan, follow me @logika_Tuhan.

Sunday, September 28, 2014

BEDA SUMBER PENGETAHUAN BEDA TINDAKAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Pengetahuan adalah faktor  mendasar pembentuk kemampuan atau kepribadian seseorang. Tukang service radio, dia tidak bisa memperbaiki radio rusak tanpa pengetahuan memperbaikinya. Istri saya bisa membuat berbagai macam kue, karena dia rajin mendownload pengetahuan berbagai macam tata cara membuat kue dari internet. 

Kadang-kadang sikap tidak senang muncul dalam diri saya karena tahu kawan saya kelakuannya buruk. Sikap senang juga kadang-kadang muncul karena teman-teman kerja  saya selalu jujur dalam bekerja. Jadi pengetahuan sangat mempengaruhi sikap-sikap saya.

Dahulu, sahabat-sahabat dekat Nabi Muhammad saw seperti Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, termasuk orang-orang yang berani berkorban dengan jiwa dan raganya. Abu Bakar pernah mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan umat. Umar Bin Khattab hidupnya sangat miskin ketika menjadi Khalifah, Usman bin Affan mengirimkan ribuan unta dengan penuh muatan makanan untuk menyumbang kaum muslimin di Mekkah yang terkena bencana kelaparan. Ali bin Abi Thalib, menjadi pemuda paling depan dalam membela kebenaran.


Sekarang, kita saksikan prilaku-prilaku manusia sudah berlebihan.  Hidup sudah melebihi ambang batas kebutuhan dasar manusia yang hanya butuh makan, berpakaian, dan rumah untuk bernaung. Kendaraan dengan harga 150 juta, lebih dari cukup untuk menunjang aktivitas dan nyaman. Namun demikian keinginan untuk memiliki kendaraan dengan harga 500 juta tidak surut. Kendaraan seharga 150 juta, ditukar tambah dengan harga 500 juta, maka ada sekitar 350 juta yang kita hamburkan untuk mengikuti kesenangan hidup semata.

Mengapa mereka yang hidup di zaman Nabi Muhammad saw, berbeda dengan prilaku hidup zaman sekarang. Masalahnya, bukan karena orang-orang terdahulu hidup dekat dengan Nabi Muhammad saw, tetapi ada perbedaan sumber pengetahuan yang digunakan dalam menjalani kehidupan.

Pada zaman Nabi Muhammad saw, sumber pengetahuan yang menjadi petunjuk hidup, dominan menggunakan sumber dari wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Sekarang, kecenderungan sumber pengetahuan yang digunakan dalam mengarungi hidup adalah dari alam nyata (pengalaman/empiris). 

Sumber pengetahuan dari alam (empiris), sering berbeda kenyataannya dengan sumber pengetahuan dari wahyu. Tapi sebenarnya, memiliki hakikat yang sama. Namun kita sering tertipu dengan kebenaran-kebenaran yang sumber pengetahuannya dari alam.

Sebagai contoh, rumus di alam nyata berlaku 1-1 = 0. Kebenaran 1-1=0 sumbernya pengetahuannya  dari pengalaman dan dapat dibuktikan . Dari kenyataan inilah orang-orang memiliki keyakinan hidup bahwa memberi adalah hal yang paling ditakuti karena akan menghilangkan semua proverti yang dimilikinya.
Kedua, orang-orang yang hidup di zaman Nabi Muhammad saw, mengapa mereka berani berkorban? Rumus kehidupan yang mereka gunakan pengetahuannya bersumber dari adalah dari Al-Qur’an. Dalam konsep Al-Qur’an 1-1=10 (Al –An’am ayat 160), 1-1=700 (Al Baqarah:261). 

Untuk mendapatkan keyakinan bahwa 1-1=10 atau 700, diperlukan pembuktian. Pembuktiannya membutuhkan proses penelitian secara berkala dan berkelanjutan melalui metode eksperimen, survey, atau studi sejarah terhadap orang-orang yang biasa hidup melakukan sedekah, wakaf, infak, zakat, korban.  

Dalam sejarah, Nabi Muhammad saw, oleh Michael H. Hart, dikategorikan sebagai pemimpin paling berpengaruh di dunia, karena dalam jangka waktu singkat (13 tahun), Beliau berhasil menaklukkan dan menyebarkan pengaruh kekuasaannya lintas benua asia, afrika, dan Eropa. Masa 13 tahun bukan waktu singkat, tetapi dalam ukuran membangun peradaban sangatlah singkat. Buktinya Indonesia sudah 69 tahun merdeka, belum sempurna menjadi bangsa yang berpengaruh di dunia. Nabi Muhammad saw adalah orang yang berpikir, bertindak berdasarkan pengetahuan dari wahyu Tuhan.   

Maka dari itu, rumus hidup dari alam dibangun dengan kepastian dengan proses cepat, demikian juga rumus hidup dari wahyu Tuhan dibangun dengan kepastian, namun membutuhkan proses. Tapi pada tataran pembangunan peradaban rumus-rumus hidup dari Tuhan terbukti berlaku pasti dengan proses yang cepat. Mudah-mudahan menambah keyakinan kita semua untuk hidup berdasarkan pengetahuan-pengetahuan dari Tuhan. 

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan.

Tuesday, August 26, 2014

MENGENDALIKAN EMOSI PAKAI OTAK KIRI?

Oleh: Muhammad Plato

“Saya berpikir bahwa otak kiri adalah otak yang mengelola dan mengendalikan kebutuhan dan perasaan senang maupun tidak senang. Singkatnya, kegiatan emosional yang dianggap berada pada fungsi otak kanan ada pada otak kiri. Seseorang baik bukan karena hatinya yang baik, tetapi karena ia memiliki emosi atau perasaan yang baik. Sesungguhnya saat melakukan kebaikan dengan memberikan pertolongan kepada orang yang sedang kebingungan, pada dasarnya ada keinginan agar perasaan sendiri juga merasa baik”. Kutipan ini bukan pendapat saya tapi pendapat Dr. Shigeo Haruyama (22: 1999) dari bukunya berjudul Keajaiban Otak Kanan.

Menurut Haruyama, hampir semua kebaikan orang timbul dari wilayah perhitungan kebutuhan akan suka atau tidak suka senang atau tidak senang. Saya sepakat dengan pendapat Haruyama, dan saya tambahkan hampir semua kebaikan orang timbul dari perhitungan untung dan rugi.

Jika perhitungannya seperti di atas maka, saya sangat setuju dengan Haruyama, bahwa fungsi kontrol emosi sebenarnya ada di otak kiri. Tugas otak kiri adalah menghitung untung atau rugi. Hasil perhitungan tersebut akan melahirkan efek emosi senang atau tidak senang, suka atau tidak suka.

Kata Haruyama, manusia berlevel tinggi jumlahnya sedikit. Contoh manusia berlevel tinggi adalah mereka yang membalas keburukan dengan kebaikan, atau mereka yang mau menolong orang lain padahal dirinya sedang membutuhkan pertolongan.

Manusia berlevel tinggi adalah mereka yang menggunakan otak kanan. Kata Haruyama (1999:73), kebijaksanaan manusia terakumulasi di otak kanan, otak kanan banyak mengetahui bahwa kegagalan dalam ujian masuk di masa lalu akan menjadi suatu awal manusia yang baru. Oleh karena itu sekalipun gagal di ujian masuk tidak akan membuat kita menyerah (down). Dengan mengaktifkan otak kanan, maka kita akan mendapatkan kebijaksanaan yang demikian. Singkatnya, menurut Haruyama, gagal jika dibaca dengan otak kanan bukan sumber keburukan tapi kebaikan, karena menurut otak kanan kegagalan adalah faktor penyebab keberhasilan. Dengan logika semacam itu, orang akan tetap berpikir positif sekalipun gagal.

Baiklah, logika di atas sudah sering saya jelaskan dalam logika Tuhan yang saya kembangkan.  Saya akan menjelaskan bagaimana cara kerja otak agar anda bisa mendapatkan kebijaksanaan "otak kanan" seperti yang dikatakan Haruyama. Pertama harus saya kemukakan bahwa buka otak kanan yang punya kebijaksanaan, tetapi di dalam otak kanan tersimpan pengetahuan purba. Sumber pengetahuan di otak kanan disimpan oleh Tuhan, dan diwahyukan secara nyata kepada Nabi Utusan-Nya. Berlogika itu fungsi otak kiri. Yang membedakan cara berlogika manusia bukan terletak pada aktivasi otak kanan atau kiri, tetapi sumber pengetahuannya. Logika kebijaksanaan seperti yang dikatakan Haruyama, sumber pengetahuannya saya temukan dalam kitab suci Al-Qur’an. Pengetahuan dalam kitab suci Al-Qur'an adalah pengetahuan purba yang disimpan dalam otak kanan manusia.


Tanpa menyebutkan sumber pengetahuannya, Haruyama menjelaskan, manusia berlevel tinggi adalah mereka yang membalas keburukan dengan kebaikan.  Manusia berlevel tinggi bersumber dari logika yang dimilikinya. Kepemilikan logika tergantung kepada pengetahuan yang dimilikinya. Berikut saya kemukakan sumber pengetahuan logika kebijaksanaan dari kitab suci Al-Qur’an:

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,”... (Al Israa:7).

Jika pengetahuan di atas kita jadikan patokan berlogika (otak kiri), maka akan muncul pemahaman logis bahwa penyebab keburukan dan kebaikan adalah diri kita sendiri. Berdasarkan patokan logika di atas, jika membalas keburukan orang lain dengan keburukan, maka sama dengan sedang mengundang keburukan untuk diri kita. Patokan logikanya adalah jika orang lain berbuat buruk pada kita, keburukan itu akan kembali pada pelakuknya. Agar tetap baik kita harus membalas keburukan orang lain dengan kebaikan, dengan demikian kebaikanlah yang akan kita terima.

Inilah logika berpikir bijaksana yang dikatakan Haruyama. Mereka yang berlogika semacam ini oleh Haruyama dianggap sebagai manusia level tinggi. Dengan demikian, Nabi Muhammad saw adalah manusia level tinggi yang berpikir dengan logika dari Tuhan.

Pengetahuannya ada di otak kanan, tapi logikanya ada di otak kiri. Pengetahuannya ada di otak kanan tapi yang menghitung untuk ruginya adalah otak kiri. Agama tidak mengharamkan logika, karena logika adalah alat untuk memahami. Pengetahuan yang melimpah dalam kitab suci tidak akan bisa dipahami tanpa logika.

Emosi kita tergantung pada pengetahuan dan perhitungan untung rugi, senang dan tidak senang. Sudah saatnya kita kembangkan pengetahuan otak kanan yang akan melahirkan logika-logika bijaksana yang melahirkan manusia level tinggi. 

Salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @ logika_Tuhan.

Saturday, August 23, 2014

OPTIMALISASI OTAK SPIRITUAL?



Otak spiritual berpusat di noktah Tuhan (god spot) yang ditemukan oleh Ramachandran di lobus temporal. Pada bagian inilah kesadaran tingkat tinggi manusia yaitu eksistensi diri tereksplorasi. Optimasi otak spiritual akan membuat seseorang hidup lebih baik dan bermakna. Zohar dan Marshall (dalam Kemenkes RI, 2014), menejelaskan optimasi otak spiritual paling tidak menghidupkan tiga komponen yaitu: 1) kejernihan berpikir rasional; 2) kecakapan emosi; 3) ketenangan hidup.

Pusat Intelegensia Kesehatan di bawah Kemeskes RI (2014), berpendapat bahwa otak spiritual tempat terjadinya kontak dengan Tuhan, hanya akan berperan jika otak rasional dan pancaIndera telah difungsikan secara optimal. Dengan demikian seorang pencari ilmu tidak akan mendapatkan hidayah dari Tuhan jika ia tidak memaksimalkan fungsi otak rasional dan pancainderanya.

Salah satu cara mengoptimalkan otak spiritual adalah melihat permasalahan secara utuh, mengjkaji yang tersirat dari yang terlihat, dan mengungkapkannya. Berdoa dengan berbagai cara pada berbagai agama merupakan sarana ampuh untuk mengoptimalkan otak spiritual dan cara ampuh untuk berbicara maupun mendengar apa yang dikatakan Tuhan. Cara ini akan mendukung pemecahan masalah dengan otak emosional-intuitif-spiritual.

Dari pengamatan saya selama mengaplikasikan logika Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, cara berpikir yang saya lakukan dapat jadi alternatif untuk aktifkan otak spiritual. Kelebihan berpikir dengan logika Tuhan antara lain: 1) melatih pola berpikir rasional dalam memahami agama; 2) melatih kecerdasan emosi karena logika yang dibangun menuntun pada prilaku ramah terhadap sesama dan lingkungan. 3) berpikir dengan logika Tuhan bisa membangun ketenangan hidup karena apa yang ditakuti dalam kehidupan semuanya menjadi kesempatan positif. 

Tanda bahwa otak spiritual aktif adalah selalu ingat Tuhan. Aktivitas otak spiritual dapat dilihat dari intensitas otak dalam mengingat Tuhan. Maka benar jika dikatakan bahwa salah satu cara mengaktifkan otak spiritual yaitu dengan berdoa dengan berbagai macam cara. Berdoa pada intinya adalah mengingat Tuhan. 

Berlogika Tuhan artinya berlogika berdasarkan pada petunjuk-petunjuk berlogika dari sumber wahyu yang diturunkan Tuhan. Dalam hal ini, Al-Qur’an menjadi rujukan penulis dalam mengembangkan logika-logika Tuhan. 

Kelebihan berlogika Tuhan adalah meningkatkan intensitas ingat Tuhan. Mengapa demikian? Karena ketika membaca gejala alam, sosial, atau psikologi, akan dibaca berdasarkan logika yang sumbernya dari wahyu. Ketika berlogika dengan sumber wahyu maka pikiran akan langsung tertuju pada Tuhan.

Setiap hari otak membaca kejadian dengan logika. Mereka yang membaca kejadian tidak menggunakan logika dari Tuhan, sangat sedikit ingat Tuhan. Di budaya Barat mereka cenderung Atheis, karena logika-logika yang mereka kembangkan sumbernya dari logika-logika empiris. Dengan demikian intentsitas ingat Tuhan akan lebih sering dilakukan oleh orang-orang yang berpikir dengan logika Tuhan, dari pada mereka yang berpikir dengan logika yang sumbernya dari alam empiris.

Jika optimalisasi otak spiritual bisa dilakukan dengan mengingat Tuhan memalui doa-doa dalam berbagai macam cara, maka berlogika Tuhan bisa menjadi cara untuk optimalisasi otak spiritual karena berlogika Tuhan berarti berpikir menurut petunjuk Tuhan, yang berarti menuntun setiap orang untuk selalu ingat Tuhan dalam segala kondisi dan ini menjadi cara efektif dalam mengoptimalkan fungsi otak spiritual.

salam sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan