Saturday, January 28, 2017

MAU SUKSES, BANYAK-BANYAKLAH MENANGIS


Oleh:
MUHAMMAD PLATO

“Agar kalian sejahtera dunia dan akhirat maka perbanyaklah menangis, dan sedikitlahlah tertawa. Sesungguhnya, tertawa adalah satu titik di atas puncak gunung tangisan”. (Toto Suharya). Menangis dan tertawa adalah takdir Tuhan. “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,” (An Najm, 43:53). Namun demikian jika kita baca Al-Qur’an, di dalamnya terdapat  beberapa macam tangisan. Tangisan manakan yang harus kita perbanyak?

TANGISAN SYUKUR DAN SIA SIA

“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. (At Taubah, 9:82)”

Jika manusia memahami bagaimana manusia diciptakan, maka niscaya dia akan lebih banyak menangis dari pada tertawa. Ada dua tangisan yang akan banyak dialami manusia.

Tangisan pertama adalah tangisan orang-orang taat dan patuh kepada Tuhan, kemudian dia merasakan mendapatkan balasan rahmat, hidayah, dan kesejahteraan di dunia dari Tuhan. Tangisan mereka bukan untuk penderitaan hidup, tetapi untuk kebenaran-kebenaran janji Tuhan yang telah dia buktikan dengan hati dan pikirannya. Inilah tangisan syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Tuhan sebagai jerih payah ketaatan, ketakwaannya di dunia kepada Tuhan.

Kedua tangisan orang-orang munafik yang selalu menertawakan dan menghina orang-orang taat kepada Tuhan. Tangisan ini terjadi di akhirat ketika mereka menerima balasan dari Tuhan atas segala apa yang mereka kerjakan di dunia. Tangisan mereka sia-sia, dan tidak bisa mengubah apa pun kecuali jadi tangisan penyesalan abadi. Inilah tangisan sia-sia. 

Tangisan sia-sia pun terjadi di dunia, yaitu pada orang-orang yang meratapi nasib karena berprasangka buruk kepada Tuhan. Mereka menangis karena tertipu, menganggap kejadian-kejadian yang menimpa hidupnya adalah kejadian buruk yang menyulitkan dan membuatnya menderita. Padahal semua hal yang menimpa adalah rencana baik Tuhan. Kesulitan, penderitaan yang dirasakan adalah kehendak Tuhan yang pasti terjadi pada setiap diri manusia, dan tidak perlu ditangisi. Inilah tangisan sia-sia yang sering terjadi pada manusia yang tidak memahami takdir-takdir Tuhan sebagai takdir terbaik untuk kehidupan manusia. Tangisannya tidak ubah seperti keluhan dan penyesalan orang-orang yang telah ditakdirkan Tuhan masuk neraka.

TANGISAN BURUK

Inilah gambaran tangisan buruk yang dikabarkan Tuhan kepada manusia. Tangisan ini adalah penegasan bagaimana buruknya karakter yang dimiliki oleh manusia. Mereka menangis demi melindungi niat, dan pekerjaan buruk yang telah dilakukannya. Tangisan ini dilakukan oleh manusia-manusia pendusta.

Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar." (Yusuf, 12:16-17).

Mereka inilah yang kelak diakhirat akan menjadi orang-orang yang banyak menangis, karena menerima segala perbuatan buruk yang pernah dilakukannya di dunia. Semoga kita dihindarkan oleh Tuhan dari manusia-manusia pendusta.

TANGISAN KHUSUK DAN KETUNDUKKAN

“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. (Al Israa, 17:109).

Tangisan ini terjadi pada manusia-manusia yang diberi tambahan ilmu pengetahuan oleh Tuhan. Pengetahuan itu bersumber dari Al-Qur’an sebagai kitab yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Pengetahuannya di dapat dari bukti kebenaran ayat-ayat Tuhan yang tersebar di alam. Mereka adalah para ulama, ilmuwan, yang menemukan kebenaran dari penelitian mendalam tentang hakikat kebenaran di alam dan mengaitkan dengan kebenaran kitab suci dari Tuhan. Para ulama, ilmuwan ini, telah menemukan bukti nyata dengan kepalanya sendiri tentang kebenaran ayat-ayat Tuhan.

Orang-orang yang diberi pengetahuan oleh Tuhan ini, selalu tersungkur bertambah khusyu ketika dibacakan ayat-ayat suci, karena bagi dirinya semua ketentuan Tuhan adalah kepastian yang mutlak terjadi pada manusia dan alam. Tidak ada lagi keragu-raguan terhadap apa-apa yang dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an.

Seluruh jiwanya tunduk pada ketetuan Tuhan. Seluruh isi kitab suci telah dipahami sebagai kebenaran hakiki. Janji-Nya adalah benar dan rasa takutnya kepada Tuhan sangat besar. Tangisannya adalah bagian dari penghormatan, dan pengagungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Inilah tangisan orang-orang yang ingin selalu tunduk, patuh, dan selalu dekat dengan Tuhan.

“Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (Maryam, 19:58)

Sekarang di posisi manakah anda sering menangis? Tangisan mana yang sering anda lakukan? Jangan-jangan hanya tangisan sia-sia, dan jangan sampai terjadi mengalami tangisan-tangisan buruk. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang selalu menangis karena syukur, khusyuk, dan tunduk kepada Tuhan semesta alam. Wallahu ‘alam.

(Follow@logika_Tuhan)

Saturday, January 14, 2017

MENIKAH TAK PERLU PESTA LAH


Oleh:
MUHAMMAD PLATO

Cukup menarik untuk disimak. Dalam kehidupan masyarakat, kita sering melihat berbagai fenomena pesta pernikahan. Pesta pernikahan bisa jadi sumber inspirasi kehidupan, bisa juga sumber malapetaka keluarga, kerabat, dan tetangga.

Sepulang dari undangan pernikahan, selalu saja ada hal yang dikomentari para undangan, seperti makanan yang kurang sedap, megah dan sederhananya pesta pernikahan, tempat yang nyaman atau sempit, dan parkir kendaraan yang sempit. Hal lain yang tidak luput dari komentar adalah tentang mas kawin yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan, dan kualitas cindera mata yang diberikan kepada setiap tamu undangan. Pesta undangan jadi sumber gibah para tamu undangan.

Menarik juga untuk diperhatikan, dalam persiapan acara pernikahan, masalah internal antar keluarga mempelai lazimnya muncul dalam pembiayaan pesta. Dulu biaya pesta sepenuhnya ditanggung oleh pihak perempuan. Pihak laki-laki akan datang ke pesta dengan sejumlah bawaan yang sebanding dengan biaya kegiatan pesta. Pihak perempuan yang mengadakan pesta akan merasa puas bila jumlah bawaan sebanding dengan biaya pesta. Jika tidak, akan terjadi trending topik sampai perang saudara.

Sekarang, kondisi ekonomi berubah. Suatu tragedi terjadi, ketika pihak perempuan sudah menyiapkan pesta pernikahan dengan biaya besar, mempelai laki-laki datang dengan lenggang kangkung, berbekal seperangkat alat shalat dan beberapa gram emas. Pihak perempuan meradang karena pengeluaran biaya pesta tidak sebanding dengan jumlah barang bawaan yang dibawa mempelai laki-laki.

Sejak saat itu, kegiatan pesta pernikahan menjadi seperti kegiatan politik. Sebelum pelaksanaan harus dilakukan lobi untuk melakukan perjanjian tentang jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh kedua belah pihak. JIka tidak terjadi kesepakatan, pernikahan akan diundur, atau akibat terjeleknya pernikahan bisa batal. Dampaknya antar keluarga jadi musuh bebuyutan.

Setelah sepakat  mengeluarkan sejumlah uang, kedua belah pihak saling mempertaruhkan dalam hal penggunaan anggaran pesta. Tidak sedikit kejadian pihak mempelai laki-laki merasa kecewa kepada pihak perempuan dalam hal tranparansi pengelolaan keuangan pesta. Mungkin nanti, untuk menjaga trasparansi pengelolaan keuangan pesta akan ada rapat penandatanganan MOU atau fakta integritas, seperti administrasi bantuan sosial dari pemerintah hehe…

Biaya pesta kini bertambah bengkak, karena sebelum acara pernikahan ada acara pre wedding. Acara ini diisi dengan photo-photo mesra sebelum menikah untuk dipampang di kartu undangan atau ruangan pesta. Banyak yang tidak tahu apa maksud dari acara pre wedding, padahal acara tambahan ini mengada-ngada, tidak penting, dan bersifat konsumtif. Acara pre weding ini hanya akal-akalan tukang bisnis. Satu-satunya pendekatan yang bisa menjelaskan secara rasional adanya pre wedding adalah keuntungan kapital yang memanfaatkan budaya masyarakat hedonis. 
Fenomena unik lain terjadi setelah pesta pernikahan berlangsung. Fenomena itu terjadi ketika bagi hasil dari uang pemberian undangan yang biasa dimasukkan ke gentong dikenal dengan uang gentong. Setelah pesta usai, uang gentong akan dihitung dan dibandingkan dengan jumlah total pengeluaran biaya pesta. Jika uang gentong melebihi jumlah biaya pesta maka kesimpulannya untung. Diakui pesta pernikahan zaman sekarang sudah berbau hukum ekonomi.


Pesta pernikahan juga ternyata punya dampak sosial. Seorang tetangga berkeluh kesah karena akses lalu lintas kendaraan diblokir total oleh tenda hajatan. Keluhan juga terdengar karena kondisi keuangan mengalami gangguan akibat terlalu banyak undangan pesta pernikahan. Sementara jika tidak datang ke undangan akan jadi sebab keretakan hubungan sosial. Akibatnya untuk menghindari rasa malu dan keretakan sosial, ada saja yang nekat datang ke pesta pernikahan dengan amplop tanpa nama, karena isinya kosong. Hehe…

Akhir pesta pernikahan juga, bisa jadi tidak prduktif. Seorang ponakan memaki-maki tantenya, gara-gara uang gentognya dapat sedikit dan pengelolaan catering pesta kurang memuaskan. Setelah itu tantenya dicurigai telah mengambil keuntungan dari acara pesta yang diadakannya. Hubungan silaturahmi pun terputus karena kedua belah pihak merasa menjadi orang yang di dzalimi.

Kisah sedih setelah pernikahan dialami pula oleh kedua mempelai. Setelah pesta pernikahan usai sebuah keluarga terjerat hutang, kemudian hutang tersebut dibebankan kepada kedua mempelai. Pasangan pengantin pun harus rela tinggal bertumpuk di perumahan mertua atau sewa rumah petak yang hanya selangkah ke wc, selangkah ke dapur, selangkah ke kamar dan selangkah ke ruang tamu, alias perumahan RSSSS.

Apakah pesta pernikahan suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan? Selama ini aturan yang dipakai dalam pelaksanaan pesta pernikahan adalah standar kepantasan masyarakat. Alasan lain, mengikuti tradisi, malu sama tetangga, teman kerja, dan rekan bisnis. Pada kelompok tertentu, alasannya pesta menjadi prestise dan kebanggaan keluarga.

Dilihat dari berbagai sisi, saat ini melaksanakan pesta pernikahan bukan lagi kegiatan produktif. Mulai dari niat pelaksanaan, selama kegiatan, dan setelah kegiatan, pesta pernikahan sedikit mengandung manfaat bagi masyarakat luas.

Saatnya, konsep pesta pernikahan harus dikembalikan kepada niat sesungguhnya, tidak menggunakan pendekatan-pendekatan kapitalis. tapi mengarah pada kegiatan-kegiatan sosial dan agama. Pada prinsipnya pesta pernikahan adalah kegiatan bersyukur kepada Tuhan dari sebuah keluarga atas dipertemukannya jodo anak-anak mereka. Bersyukur pada prakteknya adalah mengeluarkan harta di jalan Tuhan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa berharap balasan dari manusia.

Dengan niat bersyukur kepada Tuhan, tentu saja ke depan dalam pesta pernikahan tidak ada lagi logika keuntungan ekonomi yang bersifat materialis. Dalam bersyukur, logikanya seperti yang dijelaskan dalam kitab suci Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 261. Intinya barang siapa bersedekah sebutir gandum maka atas izin-Nya, Allah akan melipatgandakannya sampai 700 kali lipat. 

Tempat pesta pun harus berubah dari gedung-gedung mewah yang dihadiri kolega dikelasnya menjadi taman-taman yang dihadiri anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Rasulullah saw. bersabda, “Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah di mana yang diundang hanyalah orang-orang kaya saja sementara orang-orang yang miskin tidak diundang. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangan, maka berarti ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. (HR. Muslim). Mengacu pada ajaran agama, pesta pernikahan harus berdampak sosial dan produktif bagi masyarakat maupun kedua mempelai. Pesta pernikahan juga harus bernilai edukatif kepada masyarakat, mengajarkan kita semua selalu peduli kepada kelompok-kelompok marjinal.

Jika niat bersyukur dalam pesta nikah tidak bisa Anda wujudkan, maka direkomendasikan tidak usah ada pesta pernikahanlah. Hal terpenting acara pernikahan adalah akad nikah, karena itu akan menghalalkan seluruh kehidupan kedua mempelai. Rasululla saw bersabda: "Sesungguhnya syarat yang paling patut dipenuhi ialah syarat yang menghalalkan kemaluan untukmu." Muttafaq Alaihi”

Kemudian setelah sah menikah, perintah Rasulullah saw adalah "Sebarkanlah berita pernikahan." (HR. Ahmad). Di saat sekarang untuk menyebarkan pernikahan, cukup beli kuota 50 ribu, dan upload di media sosial. Seluruh dunia akan mengetahui bahwa anda telah syah menikah. It’s just so simple. Kalau pihak keluarga punya uang, gunakan untuk investasi atau kredit rumah kedua mempelai untuk memuliakan wanita yang sudah jadi istri. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan)

Tuesday, January 10, 2017

MENYALAHKAN ORANG LAIN HARAM!


Oleh:
MUHAMMAD PLATO

Menyalahkan orang lain atau sesuatu di luar diri kita adalah ucapan sehari-hari yang sulit kita kontrol. Di keluarga, masyarakat, dan sebuah negara, silahkan amati, ucapan-ucapan dengan nada menyalahkan orang lain hampir setiap saat kita dengar.

Pelakunya dari semua umat beragama, kiyai, pendeta, biksu, dosen, guru, santri, abangan, preman, atheis, hampir setiap saat menjadi pelaku yang suka menyalahkan orang lain. Apalagi para politikus, pernyataannya selalu tendensius menyalahkan lawan politiknya.

Dalam percakapan sehari-hari, kita juga sering mendengar prilaku menyalahkan keadaan. Hal yang sering dipersalahkan adalah cuaca hujan. Kalau kita amati, segala kondisi selalu menjadi objek untuk disalahkan manusia.

Meyalahkan orang lain atau keadaan bukan termasuk karaktek mulia. Menyalahkan orang atau keadaan menjadi sebab munculnya pola-pola pikir negatif. Menyalahkan orang lain atau keadaan menjadi ciri manusia kualitas rendah, dan kurang diperhitungkan dalam segala bidang. Orang dengan karakter suka menyalahkan orang lain dan keadaan, cenderung tidak bisa bekerja sama, sulit kompak, miskin ide, dan memiliki hambatan dalam sosialisasi. Manusia yang memiliki karakter suka menyalahkan orang lain dan keadaan, termasuk orang-orang lemah, dan sakit pikir.

Orang-orang yang memiliki karakter suka menyalahkan orang lain dan keadaan, mereka tidak cocok usaha dalam segala bidang termasuk menjadi pekerja. Para pelaku bisnis, pemilik perusahaan, pejabat di lembaga negara, dapat menjadikan kriteria karakter menyalahkan orang lain dan keadaan, menjadi faktor tidak diterimanya seseorang sebagai partner bisnis, abdi negara atau karyawan. Secara psikologis, orang-orang dengan karakter suka menyalahkan orang lain dan keadaan tidak akan produktif mengembangkan perusahaan atau lembaga di mana dia bekerja, mereka cenderung menjadi krikil dalam sepatu.

Seorang pengusaha, bukan termasuk pengusaha tangguh jika masih menyalahkan orang lain atau situasi di luar dirinya sebagai sebab kegagalan. Seorang pengusaha, pekerja, pejabat, pemimpin, tangguh adalah mereka yang tidak mencari sebab kegagalan diluar dirinya. Kesalahan akan jadi alat untuk meningkatkan profesionalismenya dalam segala bidang.

LARANGAN MENYALAHKAN orang lain dan keadaan, tersembunyi namun cukup jelas jika kita pahami dengan sedikit logika berpikir sebab akibat. Ayat yang paling terkenal dan sering dikutif oleh para kiyai adalah surat Al Israa, (17:7). “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri,”.

Secara tegas dijelaskan dalam surat Ali Imran, (3:165), “Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Surat Ar Rahman menguatkan bahwa balasan baik tidak akan bercampur dengan balasan buruk. “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. (55:60).

Berdasarkan keterangan ayat-ayat di atas, tidak ada rumus bahwa keburukan, kegagalan, datang dari luar diri manusia itu sendiri. Kesalahan, keburukan, kegagalan, datang dari dalam diri sendiri sudah menjadi sistem alam, sunatullah, dan baku sebagai takdir atau ketetapan Tuhan.

Sekalipun manusia merasa tidak pernah berbuat salah, rumusnya tetap tidak akan pernah menyimpang bahwa kesalahan sebabnya ada dalam diri manusia sendiri. Untuk itulah manusia-manusia bijaksana tidak akan menghakimi orang lain salah, tetapi akan membawa musyawarah, berdiskusi, saling menghargai, dengan tidak tendensi menyalahkan tetapi memberi penjelasan berdasarkan pendapat masing-masing, untuk mencari tahu mana yang lebih mudah dipahami, diaplikasikan, dan berdampak baik bagi kehidupan masyarakat banyak.   

Karakter yang tidak mudah menyalakan orang lain atau keadaan, akan lebih cenderung memilih damai dalam dalam perbadaan dari pada konflik. Sebab dalam kedamaian kekuatan, kesejahteraan hidup manusia dapat diwujudkan. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”. (An Nisaa, 4:114).

ITULAH  sebab-sebab rasional mengapa menyalahkan orang lain HARAM, karena bertentangan dengan ketentuan dari Tuhan. Setiap yang bertentangan dengan ketentuan Tuhan maka termasuk perbuatan dosa.  Arti dari perbuatan dosa itu sendiri adalah karakter buruk, bencana, penyakit, dan kehancuran. Sekalipun pada ujungnya manusia akan menuju kehancuran dan kebinasaan, manusia-manusia berkarakter baik menginginkan mati dalam kebaikan. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan)

Friday, January 6, 2017

MANUSIA BAIK ADALAH YANG BERBUAT SALAH


Oleh
MUHAMMAD PLATO

Bagi kita, manusia baik adalah mereka yang 100 persen berkelakukan baik, bagi Tuhan manusia baik adalah mereka yang tidak luput dari perbuatan salah.  Persepsi kita tentang siapa manusia baik, sering menjadi sebab timbulnya sikap berlebihan terhadap manusia-manusia yang berbuat salah.

Anda mungkin pernah menyaksikan pencuri ayam di arak dipertontonkan keliling kampung. Pencuri kendaraan bermotor rame-rame dibakar hidup-hidup oleh warga. Pelaku jinah di telanjangi dan dipermalukan di muka umum. Seorang guru atau ustad yang khilaf di maki-maki sebagai pecundang hingga harga dirinya turun drastis.

Ada juga yang berkomitmen buruk dengan menjadi pembenci seumur hidup kepada manusia lainnya.Sumpah saya tidak akan memaafkan kesalahan orang itu seumur hidup! Tidak sadar orang yang bersumpah ini telah menjadi orang buruk seumur hidup.  

Sikap berlebihan manusia semacam ini lahir akibat persepsi keterlaluan bahwa orang-orang baik adalah mereka yang 100 baik. Padahal Tuhan melalui Nabi Muhammad telah mengajarkan kepada kita,

“Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat”. (HR. Addarami)

“Iblis berkata kepada Robbnya, "Dengan keagungan dan kebesaranMu, aku tidak akan berhenti menyesatkan bani Adam selama mereka masih bernyawa." Lalu Allah berfirman: "Dengan keagungan dan kebesaranKu, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka beristighfar". (HR. Ahmad)

“Tidak menjadi dosa besar sebuah dosa bila disertai dengan istighfar dan bukan dosa kecil lagi suatu perbuatan bila dilakukan terus menerus”. (HR. Ath-Thabrani)

Sesungguhnya Allah menurunkan kepadaku dua keselamatan bagi umatku. Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka dan Allah tidak akan mengazab mereka sedang (mereka) beristighfar (minta ampun), bila aku (Nabi Saw) pergi (tiada) maka aku tinggalkan bagimu istighfar sampai hari kiamat. (HR. Tirmidzi)

SEMUA MANUSIA PEMBUAT SALAH. Sekuat tenaga manusia menghindari dosa, maka dia akan terperosok pula ke dalam dosa. Karena dosa adalah ketetapan yang harus dilalui oleh setiap manusia.

Apabila kamu tidak pernah berbuat dosa maka Allah Tabaroka Wata'ala akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa kemudian Allah mengampuni mereka”. (HR. Muslim)

Bahasa logika yang bisa kita pahami dari seluruh hadis di atas adalah semua manusia pasti akan berbuat salah. Maka bagi siapa saja tidak bisa menyalahkan orang lain, karena kesalahan pasti ada pada setiap diri manusia. Pribadi yang harus dimiliki oleh setiap manusia adalah menjadi pemaaf kepada siapa saja yang berbuat salah. Itulah pribadi agung yang diajarkan Tuhan kepada Nabi Muhammad saw.

Secara psikologis, bagi yang berbuat salah jangan terlalu merasa bersalah, bersikap wajar saja karena salah adalah bagian dari takdir manusia yang tidak bisa dihindari. Jangan putus asa ketika berbuat salah karena selama ada upaya memohon ampun, selama itu pula Tuhan selalu terbuka siang dan malam menerima tobat dan mengampuni dosa. Manusia salah adalah ketika mereka menghukum dirinya sebagai orang salah padahal Tuhan maha pengampun. Manusia salah adalah mereka yang tidak segera mengimbangi kesalahan dengan perbuatan baik.

Dihadapan Tuhan setiap manusia harus tetap optimis. Dihadapan manusia awam, tidak ada manusia sempurna karena semua manusia punya cela, tetapi di dalam pandangan Tuhan, semua manusia telah diciptakan sempurna tanpa cela. Maka manusia-manusia baik adalah manusia yang masih bisa berrasangka baik kepada Tuhan, karena Tuhan selalu membuka pintu ampunan sepanjang hayat dikandung badan.

Ilustrasi jalan lurus yang dilalui manusia
(Sumber Gambar, Billi P.S. Lim, 2013)

Bagi manusia biasa yang dimaksud jalan lurus adalah tanpa kelok, padahal bagi Tuhan jalan lurus adalah berkelok-kelok. Begitu terbatasnya pandangan manusia, dan begitu luasnya pandangan Allah swt. Semoga kita semua menjadi pribadi-pribadi agung yang bisa selalu bertindak baik atas petunjuk logika dari Tuhan. Amin. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan).